RUMAH SAKIT TERHADAP KEPUASAN PASIEN
I.
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pelayanan
farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang
pelayanan kesehatan yang bermutu. Keputusan Menteri Kesehatan nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi
rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien dan penyediaan
obat yang bermutu (Depkes RI, 2006).
Tuntutan
pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya
perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient
oriented dengan filosofi
Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk
mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Pelayanan farmasi mengarah pada tingkat
kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat
kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar
pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi
(Depkes RI, 2006).
Pengelolaan
sumberdaya manusia dapat dijadikan tolok ukur prestasi organisasi dalam
menciptakan kebutuhan organisasi, yakni tenaga kerja yang terjamin disiplin
kerja dan komitmennya. Disiplin kerja yang terorganisir bukanlah suatu kebutuhan
saja, tetapi merupakan suatu acuan dalam penentuan penerimaan dan kepuasan
pasien terhadap pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Fenomena di
atas menarik untuk dikaji sebab hal tersebut secara langsung berimplikasi
terhadap terciptanya keberlangsungan dan eksistensi peran farmasis di rumah
sakit. Hal tersebut menjadi latar belakang penulisan makalah tentang korelasi
iklim organisasi pada instalasi farmasi rumah sakit terhadap kepuasan pasien.
I.2 Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan makalah ini yaitu :
1.
Menjelaskan
manfaat organisasi sebagai suatu pembentuk sistem yang baik dalam pelayanan
kefarmasian di instalasi farmasi rumah sakit.
2.
Menjelaskan
hubungan erat antara organisasi dalam instalasi farmasi terhadap kepuasan pasien.
I.3 Perumusan Masalah
Masalah-masalah
yang dibahas dalam makalah ini yaitu :
1.
Apa
manfaat organisasi yang baik terhadap proses pelayanan kefarmasian di rumah
sakit?
2.
Bagaimana
korelasi antara organisasi dalam instalasi farmasi sehingga dapat meningkatkan
kepuasan pasien?
II. ISI
II.1
Organsiasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Farmasi
rumah sakit merupakan suatu departemen di dalam rumah sakit yang dipimpin oleh
apoteker. Apoteker bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan
kefarmasian, yang terdiri dari pengawasan pembuatan obat di rumah sakit,
meyediakan dan mengawasi kebutuhan obat, perencanaan, mengorganisasi,
menentukan kebijakan apotek rumah sakit, memberikan informasi obat
(konsultasi obat), ikut memberikan
program pendidikan dan pelatihan kepada perawat dan pelaksanaan keputusan
komisi farmasi dan terapi (Anief, 2005).
Pelayanan
farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan, dan bagan organisasi yang
mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi pelayanan kefarmasian. Bagan
organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan
kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal mengakomodasi
penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen
mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap
menjaga mutu sesuai harapan pelanggan (Depkes RI, 2006).
Struktur
keorganisasian dalam instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) memiliki beberapa
kriteria (kualifikasi) sebagai pemegang jabatan atau pelaksana pelayanan
kefarmasian. Kualifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kualifikasi Sumber Daya
Manusia (Depkes RI, 2005)
JABATAN
|
FUNGSI
|
KUALIFIKASI
|
Kepala Instalasi Farmasi
|
Mengorganisir & mengarahkan
|
Apoteker, Apt S2, Kursus manajemen
sesuaikan Akreditasi IFRS
|
Koordinator
|
Mengkoordinir beberapa penyelia
|
Apoteker, Ap S2, Kursus sesuai ruang
lingkup
|
Penyelia/ Supervisor
|
Menyelia beberapa pelaksana ( 3-5
pelaksanan perlu 1 penyelia)
|
Apoteker, Kursus Farmasi Rumah
Sakit.
|
Pelaksana Teknis Kefarmasian
|
Melaksanakan Tugas tertentu
|
Apoteker, Sarjana Farmasi, Asisten
Apoteker
|
II.2 Hubungan Organisasi dan Kepuasan Pasien
Organsasi memiliki peranan yang vital dalam pelaksanaan
pelayanan kepada pasien. Menulusuri manfaat yang diberikan oleh adanya iklim
organisasi dalam suatu instansi Rumah Sakit maka manfaat organisasi tersebut
sebagai berikut :
a. Organisasi
sebagai penuntun pencapaian tujuan.
Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya
organisasi yang baik. Organisasi
dapat menciptakan keteraturan dalam proses pelayanan pasien dalam instalasi
farmasi rumah sakit. Sebagaimana tercantum dalam Standar Pelayanan Farmasi di
Rumah Sakit, tujuan pelayanan farmasi adalah melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam
keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien
maupun fasilitas yang tersedia, menyelenggarakan kegiatan pelayanan
professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi, melaksanakan
KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat, menjalankan pengawasan
obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, melakukan dan memberi pelayanan
bermutu melalui analisa, mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui
analisa, telaah dan evaluasi pelayanan, serta mengadakan penelitian di bidang
farmasi dan peningkatan metode (Depkes RI, 2006).
Fungsi
pengorganisasian meliputi aktivitas dalam penentuan dan perhitungan kegiatan
dalam mencapai tujuan. Mengelompokkan aktivitas yang sama dalam suatu kesatuan
dan menempatkan seorang manajer bermutu
dengan diberi wewenang dan tanggung jawab yang diperlukan dalam mencapai
tujuan. Semua tujuan pelayanan farmasi di atas akan terlaksana sebagaimana yang
diharapkan jika dalam struktur keorganisasian instalasi farmasi tersebut
memiliki manajemen yang baik, terkelola secara teratur dan memiliki komitmen
yang tinggi dari setiap pihak yang terlibat (farmasis) (Anief, 2005).
b. Organisasi
sebagai pembentuk kedisiplinan dan Komitmen
Pelaksanaan
pelayanan kefarmasian yang baik harus dijalankan secara terorganisir dan
terpadu oleh petugas kefarmasian, khususnya instalasi farmasi rumah sakit.
Organisasi berperan untuk meningkatkan
kegunaan segala sumber dan faktor yang menentukan bagi berhasilnya proses
manajemen terutama dengan memperhatikan fungsi dan dinamika organisasi atau
birokrasi dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kultur dan
etika perilaku organisasi yang dimiliki harus dapat mencerminkan nilai utama
dari organisasi (misi organisasi) dan tuntunan
dalam membuat keputusan sesuai dengan kewenangan
yang mereka miliki dalam bekerja. Secara bersama-sama
manajemen dan karyawan harus membangun suatu hal yang positif untuk berkembangnya rasa memiliki akan suatu
organisasi yang sehat yang ditopang
oleh kultur yang kuat (Amrizal, 2004).
Iklim organisasi yang baik dalam unit
instalasi farmasi akan menimbulkan suasana kerja yang teratur dan tercipta
kedisiplinan dari semua pihak yang berperan disana. Sebuah organisasi dibuat berdasarkan
aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus dengan penuh
komitmen dalam menjalankannya. Implementasi dari sistem dan prosedur ini ialah
adanya ketetapan mengenai tata cara, sistem, dan birokrasi. Sikap disiplin yang
tinggi sering dihubungkan juga memiliki
komitmen yang tinggi. Untuk itu perlu digarisbawahi untuk menumbuhkan tingkat
kedisiplinan yang tinggi maka perlu komitmen yang kuat oleh masing-masing
petugas yang terlibat di dalamnya. Penatalaksanaan organisasi di instalasi
farmasi erat hubungannya dalam pencapaian pelayanan yang prima terhadap pasien
(Amrizal, 2004).
Pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap
pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah
ditetapkan. Unsur penting dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan adalah
tingkat kepuasan pasien sebagai pengguna jasa dan pemenuhan standar pelayanan
yang telah ditetapkan. Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini
pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas
merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan
terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya (Azwar, 1996).
Sistem organisasi
yang baik yang diterapkan pada instalasi farmasi rumah sakit tercermin dalam
menjalankan struktur keorganisasian sesuai dengan birokrasi yang telah
disepakati. Sistem merupakan kumpulan bagian-bagian yang berhubungan dan
membentuk kesatuan yang kompleks dan masing-masing bagian bekerjasama, bebas
dan terkait dalam mencapai kesatuan sasaran dalam situasi yang kompleks. Sistem
yang baik ditandai dengan adanya orientasi atas sasaran berupa tingkah laku
yang terarah, adanya kesatuan dan kebersamaan, dan adanya mekanisme pengawasan,
yaitu adanya kekuatan untuk menjaga sistem tersebut (Anief, 2005). Birokrasi
yang baik dalam suatu pelayanan kefarmasian yang ditandai dengan pelayanan yang
dilaksanakan sesuai dengan pembagian job kerja masing-masing petugas. Setiap
individu memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan yang diemban.
Tanggung jawab yang dilandasi disiplin dan komitmen kuat akan menghasilkan
suatu layanan yang dapat diterima baik oleh pasien. Organisasi yang baik pada
instalasi farmasi dapat memunculkan suatu lingkungan kerja yang dinamis,
sehingga setiap pekerjaan dilakukan secara tepat dan efisien yang berujung pada
pencapaian kepuasan pasien terhadap layanan yang diberikan.
III. Kesimpulan
Kesimpulan
dari makalah ini yaitu :
1.
Organisasi
memiliki manfaat yang besar sebagai pembentuk sistem yang baik dalam pelayanan
kefarmasian di instalasi farmasi rumah sakit.
2.
Organisasi
berkorelasi terhadap kepuasan pasien yaitu akan menumbuhkan disiplin kerja dan
komitmen kuat terhadap pekerjaan sehingga pelayanan kefarmasian kepada pasien
akan meningkat.
DAFTAR
PUSTAKA
Amrizal., 2004, Membangun Kultur dan Etika Internal
Organisasi yang Anti Kecurangan, pengendali Teknis Pada Direktorat
Investigasi BUMN dan BUMD Deputi Bidang Investigasi, Jakarta.
Anief, M., 2005, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Azwar, S., 1996, Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya, Edisi
II, Pustaka Pelajar, Jakarta.
Depkes RI., 2006, Standar pelayanan farmasi Di rumah sakit, Direktorat jenderal Bina kefarmasian dan alat kesehatan Departemen kesehatan RI, Jakarta.
Klinik Aborsi Tuntas,
ReplyDeleteJual Obat Penggugur Kandungan,