Thursday 21 July 2016

Contoh Makalah Masuk S2 MMF UGM (Pengalaman 2012)


KORELASI IKLIM ORGANISASI PADA INSTALASI FARMASI
RUMAH SAKIT TERHADAP KEPUASAN PASIEN

I.      PENDAHULUAN
I.1  Latar Belakang
Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Keputusan Menteri Kesehatan nomor : 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit, yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien dan penyediaan obat yang bermutu (Depkes RI, 2006).
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi, mengharuskan adanya perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Pelayanan farmasi mengarah pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar pelayanan profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi (Depkes RI, 2006).
Pengelolaan sumberdaya manusia dapat dijadikan tolok ukur prestasi organisasi dalam menciptakan kebutuhan organisasi, yakni tenaga kerja yang terjamin disiplin kerja dan komitmennya. Disiplin kerja yang terorganisir bukanlah suatu kebutuhan saja, tetapi merupakan suatu acuan dalam penentuan penerimaan dan kepuasan pasien terhadap pelayanan kefarmasian di rumah sakit.
Fenomena di atas menarik untuk dikaji sebab hal tersebut secara langsung berimplikasi terhadap terciptanya keberlangsungan dan eksistensi peran farmasis di rumah sakit. Hal tersebut menjadi latar belakang penulisan makalah tentang korelasi iklim organisasi pada instalasi farmasi rumah sakit terhadap kepuasan pasien.
I.2  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1.    Menjelaskan manfaat organisasi sebagai suatu pembentuk sistem yang baik dalam pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi rumah sakit.
2.    Menjelaskan hubungan erat antara organisasi dalam instalasi farmasi terhadap  kepuasan pasien.

I.3  Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu :
1.    Apa manfaat organisasi yang baik terhadap proses pelayanan kefarmasian di rumah sakit?
2.    Bagaimana korelasi antara organisasi dalam instalasi farmasi sehingga dapat meningkatkan kepuasan pasien?

II.    ISI
II.1 Organsiasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Farmasi rumah sakit merupakan suatu departemen di dalam rumah sakit yang dipimpin oleh apoteker. Apoteker bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri dari pengawasan pembuatan obat di rumah sakit, meyediakan dan mengawasi kebutuhan obat, perencanaan, mengorganisasi, menentukan kebijakan apotek rumah sakit, memberikan informasi obat (konsultasi  obat), ikut memberikan program pendidikan dan pelatihan kepada perawat dan pelaksanaan keputusan komisi farmasi dan terapi (Anief, 2005).
Pelayanan farmasi diselenggarakan dengan visi, misi, tujuan, dan bagan organisasi yang mencerminkan penyelenggaraan berdasarkan filosofi pelayanan kefarmasian. Bagan organisasi adalah bagan yang menggambarkan pembagian tugas, koordinasi dan kewenangan serta fungsi. Kerangka organisasi minimal mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu, dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan yang tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan (Depkes RI, 2006).
Struktur keorganisasian dalam instalasi farmasi rumah sakit (IFRS) memiliki beberapa kriteria (kualifikasi) sebagai pemegang jabatan atau pelaksana pelayanan kefarmasian. Kualifikasi tersebut dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (Depkes RI, 2005)

JABATAN
FUNGSI
KUALIFIKASI
Kepala Instalasi Farmasi
Mengorganisir & mengarahkan
Apoteker, Apt S2, Kursus manajemen sesuaikan Akreditasi IFRS
Koordinator
Mengkoordinir beberapa penyelia
Apoteker, Ap S2, Kursus sesuai ruang lingkup
Penyelia/ Supervisor
Menyelia beberapa pelaksana ( 3-5 pelaksanan perlu 1 penyelia)
Apoteker, Kursus Farmasi Rumah Sakit.
Pelaksana Teknis Kefarmasian
Melaksanakan Tugas tertentu
Apoteker, Sarjana Farmasi, Asisten Apoteker

II.2 Hubungan Organisasi dan Kepuasan Pasien
Organsasi memiliki peranan yang vital dalam pelaksanaan pelayanan kepada pasien. Menulusuri manfaat yang diberikan oleh adanya iklim organisasi dalam suatu instansi Rumah Sakit maka manfaat organisasi tersebut sebagai berikut :
a.    Organisasi sebagai penuntun pencapaian tujuan.
Pencapaian tujuan akan lebih efektif dengan adanya organisasi yang baik. Organisasi dapat menciptakan keteraturan dalam proses pelayanan pasien dalam instalasi farmasi rumah sakit. Sebagaimana tercantum dalam Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, tujuan pelayanan farmasi adalah melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang tersedia, menyelenggarakan kegiatan pelayanan professional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi, melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat, menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku, melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi pelayanan, serta mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metode (Depkes RI, 2006).
Fungsi pengorganisasian meliputi aktivitas dalam penentuan dan perhitungan kegiatan dalam mencapai tujuan. Mengelompokkan aktivitas yang sama dalam suatu kesatuan dan menempatkan seorang manajer  bermutu dengan diberi wewenang dan tanggung jawab yang diperlukan dalam mencapai tujuan. Semua tujuan pelayanan farmasi di atas akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan jika dalam struktur keorganisasian instalasi farmasi tersebut memiliki manajemen yang baik, terkelola secara teratur dan memiliki komitmen yang tinggi dari setiap pihak yang terlibat (farmasis) (Anief, 2005).
b.    Organisasi sebagai pembentuk kedisiplinan dan Komitmen
Pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang baik harus dijalankan secara terorganisir dan terpadu oleh petugas kefarmasian, khususnya instalasi farmasi rumah sakit. Organisasi  berperan untuk meningkatkan kegunaan segala sumber dan faktor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen terutama dengan memperhatikan fungsi dan dinamika organisasi atau birokrasi dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kultur dan etika perilaku organisasi yang dimiliki harus dapat mencerminkan nilai utama dari organisasi (misi organisasi) dan tuntunan dalam membuat keputusan sesuai dengan kewenangan yang mereka miliki dalam bekerja. Secara bersama-sama manajemen dan karyawan harus membangun suatu hal yang positif untuk berkembangnya rasa memiliki akan suatu organisasi yang sehat yang ditopang oleh kultur yang kuat (Amrizal, 2004).
 Iklim organisasi yang baik dalam unit instalasi farmasi akan menimbulkan suasana kerja yang teratur dan tercipta kedisiplinan dari semua pihak yang berperan disana. Sebuah organisasi dibuat berdasarkan aturan-aturan yang ditetapkan bersama dan tentu saja harus dengan penuh komitmen dalam menjalankannya. Implementasi dari sistem dan prosedur ini ialah adanya ketetapan mengenai tata cara, sistem, dan birokrasi. Sikap disiplin yang tinggi sering dihubungkan  juga memiliki komitmen yang tinggi. Untuk itu perlu digarisbawahi untuk menumbuhkan tingkat kedisiplinan yang tinggi maka perlu komitmen yang kuat oleh masing-masing petugas yang terlibat di dalamnya. Penatalaksanaan organisasi di instalasi farmasi erat hubungannya dalam pencapaian pelayanan yang prima terhadap pasien (Amrizal, 2004).
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Unsur penting dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan adalah tingkat kepuasan pasien sebagai pengguna jasa dan pemenuhan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya (Azwar, 1996).
Sistem organisasi yang baik yang diterapkan pada instalasi farmasi rumah sakit tercermin dalam menjalankan struktur keorganisasian sesuai dengan birokrasi yang telah disepakati. Sistem merupakan kumpulan bagian-bagian yang berhubungan dan membentuk kesatuan yang kompleks dan masing-masing bagian bekerjasama, bebas dan terkait dalam mencapai kesatuan sasaran dalam situasi yang kompleks. Sistem yang baik ditandai dengan adanya orientasi atas sasaran berupa tingkah laku yang terarah, adanya kesatuan dan kebersamaan, dan adanya mekanisme pengawasan, yaitu adanya kekuatan untuk menjaga sistem tersebut (Anief, 2005). Birokrasi yang baik dalam suatu pelayanan kefarmasian yang ditandai dengan pelayanan yang dilaksanakan sesuai dengan pembagian job kerja masing-masing petugas. Setiap individu memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan yang diemban. Tanggung jawab yang dilandasi disiplin dan komitmen kuat akan menghasilkan suatu layanan yang dapat diterima baik oleh pasien. Organisasi yang baik pada instalasi farmasi dapat memunculkan suatu lingkungan kerja yang dinamis, sehingga setiap pekerjaan dilakukan secara tepat dan efisien yang berujung pada pencapaian kepuasan pasien terhadap layanan yang diberikan.

III.   Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1.    Organisasi memiliki manfaat yang besar sebagai pembentuk sistem yang baik dalam pelayanan kefarmasian di instalasi farmasi rumah sakit.
2.    Organisasi berkorelasi terhadap kepuasan pasien yaitu akan menumbuhkan disiplin kerja dan komitmen kuat terhadap pekerjaan sehingga pelayanan kefarmasian kepada pasien akan meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Amrizal., 2004, Membangun Kultur dan Etika Internal Organisasi yang Anti Kecurangan, pengendali Teknis Pada Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Deputi Bidang Investigasi, Jakarta.

Anief, M., 2005, Manajemen Farmasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Azwar, S., 1996, Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya, Edisi II, Pustaka Pelajar, Jakarta.

Depkes RI., 2006, Standar pelayanan farmasi Di rumah sakit, Direktorat jenderal Bina kefarmasian dan alat kesehatan Departemen kesehatan RI, Jakarta.





1 comment: